KOREA
Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang.[1] Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan zaman neolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333 SM.[2] Baru pada abad ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat, terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis serangan-serangan dari Dinasti-dinasti Cina. Kerajaan Silla perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat menundukkan Goguryeo. Untuk pertama kalinya Semenanjung Korea berhasil disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea, yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan sebagian besar penduduk serta pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti Goryeo. Selama masa pemerintahan Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat. Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tetapi berhasil dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya melakukan perjanjian damai.
Korea adalah berpusat di Pegunungan Taebaek, yang membentang seperti tulang punggung ke utara dan selatan, dengan topografi asimetris yang tinggi di timur dan rendah di barat. Sungai besar dan sungai kecil, yang berasal dari pegunungan tinggi di timur, mengalir ke pantai barat dan pantai selatan, membentuk dataran yang menjadi daerah lumbung.
Kehidupan penduduk berkaitan erat dengan iklim di pegunungan timur. Angin timur melintasi pegunungan dan menyebabkan fenomena Fohn, yang menyebabkan angin timur laut yang panas dan kering. Pegunungan yang tinggi mengakibatkan transportasi yang sulit dan perkembangan yang lambat. Namun, beberapa tahun terakhir, pemandangan lingkungan yang alami ini telah menarik perhatian.
Pantai timur yang berbatasan dengan pegunungan memiliki garis pantai yang menonton dan perbedaan pasang surut hanya sekitar 30 cm. Akan tetapi, pada umumnya, topografi dasar laut pantai menunjukkan kedalaman lebih dari 1.000m. Menurut hasil pengukuran gelombang suara oleh Lembaga Penelitian Kelautan Nasional, titik terdalam, yang menunjukkan kedalaman 2.985m, berada di perairan utara Pulau Ulleung. Di sisi lain, pantai barat memiliki perairan dangkal dengan topofrafi sedimen, yang membentuk dataran lumpur yang luas.
Selama musim liburan, Pantai Haeundae di Kota Busan menarik sekitar 1 juta wisatawan setiap hari. Pantai Gyeongpodae di Gangneung dan Pantai Daecheon di pantai barat juga merupakan tujuan liburan musim panas yang terkenal.
Pada musim dingin, seluruh wilayah bersalju dan perairan membeku sehingga dapat melakukan kegiatan ice skating dan ski. Di daerah pegunungan Provinsi Gangwon-do terutama, yang terkenal dengan resor ski, salju dapat turun selama satu atau dua hari dan sering mencapai ketinggian 50 hingga 60 cm. Pada musim semi dan musim gugur, suhu rata-rata siang hari bertahan sekitar 15—18 0C dengan cuaca yang cerah dan segar sehingga cocok untuk berkegiatan di luar ruangan dan berwisata.
Beberapa tahun ini terdapat tanda-tanda bahwa iklim Korea berubah menjadi iklim subtropis akibat pemanasan global. Pada musim panas, suhu naik hingga lebih dari 35 0C, dan pada musim semi, bunga azalea dan forsythia mekar lebih awal. Selama empat atau lima tahun terakhir, terus bermunculan kasus-kasus yang memecahkan rekor meteorologi.
Gelombang panas pada musim panas menjadi hal biasa dan pola curah hujan menjadi berubah. Pada masa lalu, hujan turun secara keseluruhan karena pengaruh curah hujan selama musim hujan, tetapi sekarang berubah menjadi hujan lebat lokal yang turun di area yang sempit. Hujan salju lebat lokal juga terjadi di musim dingin. Sampai sekitar sepuluh tahun yang lalu, fenomena Samhansaon adalah hal biasa, yaitu berulangnya tiga hari dingin diikuti dengan empat hari hangat di musim dingin. Akan tetapi, sekarang katakteristik ini hampir tidak terjadi lagi.
Populasi
Para arkeolog percaya bahwa manusia telah menetap di Semenanjung Korea sejak era Paleolitik sekitar 700.000 SM. Jumlah penduduk Korea Selatan pada tahun 2019 adalah 51,71 juta orang. Menurut hasil Sensus Penduduk dan Perumahan tahun 2018, proporsi penduduk di wilayah metropolitan adalah 49.8%, meningkat 0,7% dari 49,1% pada tahun 2010, dan menunjukkan konsentrasi penduduk di wilayah perkotaan.
Tingkat kelahiran yang rendah di Korea Selatan adalah masalah sosial yang serius. Pada tahun 2019, tingkat kesuburan total (jumlah rata-rata kelahiran anak yang diharapkan dari seorang wanita selama masa reproduksi) adalah 0,92 orang, dengan total 302.700 kelahiran anak. Angka ini adalah angka terendah dalam sejarah. Di sisi lain, harapan hidup warga Korea adalah 82,7 tahun(per 2018), lebih tinggi daripada harapan hidup rata-rata warga di negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang berada pada angka 80,7 tahun.
Migrasi warga Korea Selatan ke luar negeri dimulai dengan migrasi ke Tiongkok dan Rusia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Setelah kemerdekaan Korea Selatan pada pertengahan abad ke-20, jumlah imigran Korea ke Amerika Serikat meningkat pesat. Selain itu, warga Korea Selatan juga menyebar ke negara-negara di seluruh dunia, termasuk Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Selatan. Oleh karena itu, terdapat 7,49 juta warga Korea Selatan yang tinggal di luar negeri (per tahun 2019). Menurut statistik, jumlah warga Korea Selatan yang tinggal di Amerika Serikat adalah yang terbesar, yaitu sebanyak 2,54 juta orang, diikuti oleh Tiongkok (2,46 juta orang), dan Jepang (820.000 orang).
Hingga tahun 2010, terdapat arus keluar penduduk yang besar, tetapi arus masuk penduduk pun telah meningkat sejak tahun 2011. Terutama sejak tahun 2000, jumlah orang asing yang masuk ke negara ini meningkat secara signifikan. Walaupun terdapat fluktuasi setiap tahun, secara keseluruhanjumlah tersebut menunjukkan tren yang meningkat. Menurut statistik migrasi penduduk internasional dari Lembaga Statistik Nasional, jumlah orang asing yang masuk ke Korea adalah 293.000 orang pada tahun 2010, 373.000 orang pada tahun 2015, dan 438.000 orang pada tahun 2019. Alasan orang asing memasuki Korea adalah untuk tinggal dalam jangka pendek (34,5%), bekerja (26%), belajar di luar negeri (14,9%), dan warga Korea di luar negeri yang kembali (12%). Meskipun tidak berada di peringkat utama, jumlah orang yang masuk ke Korea karena izin tinggal permanen atau izin menetap karena pernikahan meningkat 7,7% dibandingkan tahun sebelumnya (per tahun 2019).
Bahasa dan abjad
Korea menggunakan bahasa dan abjad sendiri, yaitu Hangeul, karakter khas yang diciptakan oleh Raja Sejong (1397—1450) dari Dinasti Joseon. Hangeul dikenal sebagai huruf yang sangat unggul di seluruh dunia karena mudah dipelajari dan ditulis.
Saat ini, Hangeul terdiri dari 14 konsonan (ㄱ ㄴ ㄷ ㄹ ㅁ ㅂ ㅅ ㅇ ㅈ ㅊ ㅋ ㅌ ㅍ ㅎ) dan 10 vokal (ㅏ ㅑ ㅓ ㅕ ㅗ ㅛ ㅜ ㅠ ㅡ ㅣ). Hangeul dianggap sebagai huruf yang unggul secara ilmiah karena dapat menghasilkan sejumlah besar suara dengan menggabungkan 24 konsonan dan vokal.
Setiap tahun, UNESCO menganugerahkan Penghargaan Literasi Raja Sejong kepada seseorang yang telah memberikan kontribusi besar dalam pemberantasan literasi di dunia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya Raja Sejong dalam menciptakan Hangeul agar seluruh masyarakat dapat dengan mudah mempelajari dan menggunakannya telah diakui di seluruh dunia.
Bendera Nasional (Taegukgi)
Taegeukgi terdiri dari pola Taegeuk di tengah dengan latar belakang putih dan empat garis hitam pada keempat sisi diagonalnya. Taegukgi telah digunakan sebagai bendera nasional sejak deklarasi Kekaisaran Korea pada tahun 1897, pada akhir Dinasti Joseon. Taegeukgi saat ini memiliki pola yang sedikit berbeda dari Taegeukgi yang digunakan pada saat itu.
Bendara Taegeukgi berpusat pada pola Taegeuk yang telah digunakan oleh warga Korea Selatan dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman dahulu. Simbol ini mengandung cita-cita bangsa Korea Selatan yang terus mencari kreasi dan kemakmuran bersama dengan alam semesta.Latar belakang putih bendera Taegeukgi melambangkan kecerahan dan kemurnian warga Korea Selatan yang secara tradisional cinta damai. Pola Taegeuk di tengah melambangkan keharmonisan yin (biru) dan yang (merah) dalam mewujudkan kebenaran alam semesta dan bahwa segala sesuatu di alam semesta diciptakan dan dikembangkan sesuai dengan interaksi yin dan yang.
Empat Gwae di keempat sudut menunjukkan yin dan yang berubah dan berkembang melalui kombinasi yang harmonis. Di antara alam semesta, Geon-gwae melambangkan langit, Gon-gwae melambangkan bumi, Gam-gwae melambangkan air, dan Lee-gwae melambangkan api. Keempat Gwae ini membentuk harmoni dengan Taegeuk sebagai pusatnya.
Baju Tradisional Hanbok
Agar dapat hidup dengan nyaman pada musim dingin dan musim panas, warga Korea menciptakan berbagai bahan pakaian, seperti kain goni, linen, katun, dan sutra untuk membuat pakaian khas mereka sendiri. Contoh utama adalah saat musim dingin, warga Korea memakai pakaian yang terbuat dari sutra atau katun yang dilapisi dengan kapas, sedangkan saat musim panas, mereka memakai pakaian yang terbuat dari kain goni dan linen. Hanbok adalah pakaian tradisional Korea yang dirancang dengan kesan lembut dan garis-garis halus dengan menggunakan bahan-bahan tersebut.
DIAMBIL DARI
- https://id.korean-culture.org/id/1025/korea/672
- https://www.visitkorea.or.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar